-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Awal Mula Munculnya Kerajaan Islam Di Indonesia

15 komentar
Sebagai bangsa yang tidak lupa pada sejarah, sudah semestinya kita mengetahui Awal Mula Munculnya Kerajaan Islam Di Indonesia sebagai cikal bakal berdirinya negeri ini.

Masa kejayaan kerajaan Majapahit yang mulai surut ketika memasuki abad 12 M dilihat sebagai peluang terbuka oleh para penyebar Islam di tanah jawa dan Sumatra. Keberadaan Islam yang sudah sejak abad 13 belas menambah kekuatan dan kesiapan dari para penyebar Islam untuk membuat strategi dakwah, sehingga dakwah yang dilakukan sangat mudah diterima oleh bangsa pribumi.

Islam datang ke Nusantara dari berbagai jurusan, para ahli sejarah membagi jurusan masukanya islam ke Nusantara dalam 4 wilayah (yang kemudian sering disebut sebagai teori masuknya Islam Ke Nusantara) yaitu; Arab, Persia, Gujarat dan China. Setidaknya empat jalur inilah yang memiliki data perjalanan para pedagang muslim yang masuk ke wilayah Nusantara. Sehingga dari sanalah para ahli sejarah mengetahui kapan masuknya Islam secara masive ke Indonesia hingga mampu berkembang dan beradaptasi dengan budaya pribumi.

Kerajaan - kerajaan Hindu-Budha mulai memasuki masa surut, diikuti dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di tanah air kita. Agama Islam mulai masuk ke wilayah Indonesia secara cepat pada abad ke-13 M. Agama dan kebudayaan Islam ini masuk ke Indonesia melalui para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat (India), dan Cina.

Secara langsung mereka memperkenalkan keyakinan dan kebudayaan yang mereka anut terhadap pribumi. Agama Islam berkembang dengan pesat di Nusantara melalui apa yang diperkenalkan oleh para pedagang itu. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara dengan begitu pesat.

Berikut ini beberapa contoh kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia dan meninggalkan jejak cerita  perjalanannya dalam sejarah Indonesia.

Kerajaan Banjar Awal Mula Munculnya Kerajaan Islam Di Indonesia

Kerajaan Islam Yang Pernah Ada Di Nusantara

  1. Kerajaan Perlak
  2. Kerajaan Samudera Pasai
  3. Kerajaan Aceh Darussalam
  4. Kerajaan Demak
  5. Kerajaan Pajang
  6. Kerajaan Mataram Islam
  7. Kerajaan Cirebon
  8. Kerajaan Banten Sunda Kelapa
  9. Kerajaan Banjar
  10. Kerajaan Kutai Kalimantan Timur
  11. Kerajaan Sukadana
  12. Kerajaan Ternate
  13. Kerajaan Tidore
  14. Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu)

Untuk mengenal kerajaan-kerajaan itu, mari kita pelajari satu persatu secara fokus, semoga kita mendapatkan wawasan berharga untuk mengambil pelajaran dari berbagai hal yang terjadi dalam sejarah Kerajaan Islam di Nusantara ini!

Kerajaan Perlak

Kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di Sumatra dan merupakan yang pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak (Peureula). Kerajaan Perlak ini berdiri pada pertengahan abad IX dengan dipimpin oleh raja pertamanya yang bernama Alauddin Syah. Perlak pada saat itu merupakan kota perdagangan yang menyediakan rempah-rempah salah satunya lada paling terkenal diantara para pedagang yang datang. Namun, pada akhir abad XII Kerajaan Perlak harus mengalami masa kemunduran.

Namun, kerajaan ini telah berhasil menyisakan catatan sekaligus menjadi simbol terawal untuk kemunculan Islam dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara.

Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kerajaan kembar karena bersatu dengan kerajaan perlak yang muncul lebih awal. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Provinsi Aceh Kabupaten Lhok Seumawe atau yang kini sering dikenal dengan Aceh Utara. Kemunculan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam di Nusantara diperkirakan pada awal atau pertengahan abad ke-13 M, kemudian yang menjadi pendiri dan raja pertama dari kerajaan ini adalah Sultan Malik al-Saleh.

Kemunculan kerajaan ini sebagai hasil dari proses islamisasi pada daerah pantai yang pernah dilakukan pedagang-pedagang muslim yang singga di wilayah itu sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya. Daerah yang diperkirakan masyarakatnya sudah banyak yang memeluk agama Islam oleh para ahli sejarah adalah Perlak, sepeti yang diketahui dari catatan berita perjalanan Marcopolo yang pernah singgah di daerah itu pada tahun 1292.

Bukti yang menguatkan berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M itu didukung dengan adanya nisan yang terbuat dari granit dan berasal dari Samudra Pasai. Dari nisan itu diketahui bahwa raja pertama dari kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M (5 tahun setelah singgahnya marcopolo diwilayah itu).

Nisan kuburan dari raja pertama Samudra Pasai itu ditemukan di daerah Gampong Samudera bekas kerajaan Samudera Pasai tersebut. Jadi bukti yang menguatkan keberadaan kerajaan ini adalah fakta sumber sejarah berupa penemuan batu nisan bertuliskan Sultan Malik as-Saleh dengan angka tahun 1297 yang juga merupakan raja pertamanya. Menurut sumber sejarah lain, kerajaan ini pernah didatangi seorang utusan dari Sultan Delhi di India bernama Ibnu Batutah.

Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1514 dengan raja pertamanya yang bernama Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah. Karena kerajaan Samudra Pasai hanya mampu bertahan sampai tahun 1524 M. Setelah sebelamunya pada tahun 1521 M kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang berhasil menguasai wilayah ini selama tiga tahun. Kemudian tahun 1524 M Samudra Pasai dianekasi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah dan selanjutnya kerajaan Samudera Pasai harus tunduk dan mau berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.

Letak kerajaan Aceh di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Di daerah ini pula pusat pemerintahannya berada. Namun belum diketahui secara pasti kapan kerajaan ini mulai berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Mujaffar Syah (1465-1497 M). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalm.

Puncak kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda dengan wilayah kekuasaannya yang sangat luas. Kerajaan ini juga telah menjalin hubungan dengan para pemimpin Islam yang berada di kawasan Arab sehingga wilayah ini dikenal dengan sebutan Serambi Mekah. Puncak hubungan Aceh Darussalan dengan para penguasa di Arab tersebut terjadi pada masa kekhalifahan Usmaniyah.

Kerajaan Demak

Seperti yang sering disinggung oleh para ahli sejarah bahwa perkembangan Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja Majapahit. Keadaan itu sekaligus memberi peluang kepada para pedagang yang mendakwahkan islam di pesisir untuk membangun pusat kekuasaan yang mandiri.

Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta, wali songo bersepakat untuk mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama dari kerajaan Demak dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama yang dicetuskan pada waktu itu. Sekaligus telah menjadikannya sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Sebelumnya Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah kekuasaan Majapahit yang diberikan Raja Majapahit kepada Raden Patah.

Kerajaan Demak berdiri menjadi kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Pada saat itu ulama memegang peranan yang sangat penting dalam pemerintahan, misalnya dengan diangkatnya Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa sebagai penasihat kerajaan.

Kerajaan Demak mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh Sultan Trenggono. Pada tahun 1527 ketika armada Portugis datang untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa, Kerajaan Demak berhasil memukul mundur mereka. Kemudian ketika kekuasaan kerjaan dipegang oleh Jaka Tingkir, pusat pemerintahannya dipindah dari Demak ke Pajang.

Kerajaan Pajang

Pajang merupakan kerajaan yang melanjutkan dan sebagai pewaris dari kerajaan Demak. Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, daerah di Lereng Gunung Merapi menjadi orang pertama yang menjadi Sultan. Oleh raja Demak ketiga (Sultan Trenggono), Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di Pajang, pasca dinikahkan dengan anak perempuannya. Setelah Raja Demak meninggal dunia Jaka Tingkir mewasiatkan agar semua benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh di Pulau Jawa ia bergelar Sultan Adiwijaya.

Sultan Adiwijaya menghadiahkan kota gede (sekarang Yogyakarta) dan mengangkat Ki Ageng Pemanahan sebagai adipati kota gede. Saat Ki Ageng Pemanahan meninggal, jabatan adipati diteruskan oleh putranya, Sutawijaya. Sementara itu untuk jabatan Adipati Demak diserahkan kepada Pangeran Aria Pangiri. Sutawijaya yang menjadi adipati di Mataram (Yogyakarta) ingin menjadi raja dan menguasai seluruh pulau Jawa. Setelah Sultan Adiwijaya wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh  Arya Pangiri. Selanjutnya, dipimpin oleh Pangeran Benowo.

Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya yang memiliki gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidina Panatagama. Setelah naik tahta kerajaan pada tahun 1586, Sutawijaya bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Selama kekuasaannya Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan dibawah pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang bergelar Sultan Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah.

Saat itu kekuasaan Mataram  sangat luas dan berhasil menyatukan banyak wilayah. Kerajaan yang dipimpin oleh Sutajaya ini merupakan kerajaan kedua yang kini memiliki corak Islam yang dominan, sementara sebelumnya lebih dominan dengan corak Hindu, karena letak kerajaan Islam Mataram ini berada di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu. Sementara itu, Pajang yang dulu menjadi pusat kerajaan, kini masuk menjadi wilayah dibawah kekuasaan Mataram Islam, dan Pangeran Benowo sebagai adipati Pajang.

Kerajaan Cirebon

Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama yang berdiri di wilayah Jawa bagian Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Ia diperkirakan lahir pada tahun 1448 M dan wafat pada tahun 1568 M, dalam usia 120 tahun. Kedudukannya sebagai bagian penting dari Wali Songo mendapatkan penghormatan dari raja-raja di Jawa, seperti Demak dan Pajang. Setelah Cirebon resmi berdiri menjadi Kerajaan Islam yang merdeka dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan Kerajaan Pajajaran yang belum menganut ajaran Islam.

Dari Cirebon Sunan Gunung Jati terus melakukan ikhtiar untuk mengembangkan ajaran Islam ke daerah-daerah lain seperti Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa dan Banten. Pada tahun 1525 M, ia kembali ke Cirebon dan menyerahkan Banten kepada putranya yang bernama Sultan Hasanuddin. Sultan Hasanudin inilah yang berhasil meruntuhkan raja-raja Banten.

Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantikan oleh cicitnya yang bergelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan wafat pada tahun 1650 M dan digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Girilaya. Sepeninggalannya, Kesultanan Cirebon dipecah menjadi dua bagian pada tahun 1697 dan dijalankan dibawah pemerintahan dua orang putranya, yaitu Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom). Panembahan Sepuh memimpin Kesultanan Kasepuhan yang bergelar Syamsuddin, sementara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Kanoman yang bergelar Badruddin.

Kerajaan Banten Sunda Kelapa

Sunda Kelapa merupakan pelabuhan penting yang terletak di Muara Sungai Ciliwung. Keberadaannya lebih penting dibandingkan dengan dua kota pelabuhan Pajajaran lainnya, yakni Banten dan Cirebon. Setelah Fatahillah yang juga menantu Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di Sunda Kelapa, Banten dikembangkan menjadi pusat perdagangan sekaligus tempat menyebarkan agama Islam. Setelah Sunan Gunung Jati menaklukan Banten pada tahun 1525 M. Ia menyerahkan kekuasaan kepada putranya yang bernama Sultan Hasanuddin.

Sultan Hasanuddin kemudian menikah dengan Putri Demak dan diresmikam menjadi Panembahan Banten pada tahun 1552 M. Ia meneruskan usaha ayahnya dalam meluaskan daerah Islam, yaitu Ke Lampung dan Sumatera Selatan. Pada tahun 1527 M, ia berhasil menaklukan Sunda Kelapa. Banten juga berhasil merdeka dan melepaskan diri dari Kerajaan Demak. Kerajaan Banten ini mengalami kemajuan yang signipikan pada masa kekuasaan Ki Ageng Tirtayasa.

Kerajaan Banjar

Pada abad ke-16, di pedalaman Kalimantan terdapat Kerajaan Nagaradaha (Kerajaan Daha). Banjarmasin merupakan salah satu wilayah kekuasaan kerajaan tersebut. Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu yang dipimpin oleh Raja Sukarama. Adipati Banjarmasi yang bernama Raden Samudera berhasil menaklukan kerajaan Nagaradaha dengan bantuan Kerajaan Demak.

Setelah itu berdirilah Kerajaan Banjar dengan Raden Samudera sebagai raja pertamanya. Setelah masuk Islam ia memiliki gelar Sultan Suryanullah. Islam pertama kali masuk ke Banjarmasin pada sekitar abad 16 M. Saat itu proses Islamisasinya sebagian besar dilakukan oleh Kerajaan Demak. Dalam waktu yang tidak cukup lama, Islam banyak dianut masyarakat dari suku Bugis di sungai bagian timur Kalimantan. Ulama yang sangat terkenal di kerajaan tersebut adalah Syeh Muhammad Arsyad al-Banjari.

Kerajaan Kutai Kalimantan Timur

Menurut risalah Kutai, dua orang penyebar Islam yang datang ke Kutai pada masa pemerintahan Raja Mahkota, yaitu Tuan di Bandang, yang dikenal dengan Dato’ Ri Bandang dari Makasar dan yang satunya adalah Tuan Tunggang Parangan. Setelah pengislaman itu Dato’ Ri Bandang kembali ke Makasar, sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di berdakwah di Kutai.

Raja Mahkota tunduk kepada dan memeluk Islam, setelah itu dibangunlah sebuah masjid dan pengajaran agama Islam dimulai dari sana. Yang pertama mengikuti pengajaran itu adalah Raja Mahkota sendiri, kemudian pangeran, para mentri, panglima dan hulubalang dan akhirnya rakyat biasa ikut menerima pengajaran.

Sejak itu Raja Mahkota berusaha keras menyebarkan Islam dengan pedangnya. Proses Islamisasi di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575. Penyabaran Islam lebih jauh memasuki daerah-daerah pedalaman dilakukan oleh puteranya Aji di Langgar, dan pengganti-penggantinya meneruskan perang ke daerah Muara Kaman.

Kerajaan Sukadana

Pada tahun 1550 Islam telah diperkenalkan kepada Kerajaan Sukadana di wilayah barat Pulau Kalimantan. Meskipun raja yang berkuasa pada saat itu belum sempat memeluk agama Islam, namun penerus kerajaan tersebut selanjutnya memeluk agama Islam. Bahkan, pada tahun 1600 Islam menjadi agama yang sangat populer di sepanjang pesisir pantai pulau tersebut.

Kerajaan Ternate

Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke-13 di Maluku Utara, dengan pusat pemerintahan yang berada di Sampalu. Rajanya bernama Sultan Zaenal Abidin, ia belajar ilmu agama Islam di Gegesik. Kerajaan Ternate merupakan daerah penghasil rempah-rempah yang besar di Nusantara. Pada abad ke-15, kerajaan ternate menjadi kerajaan terpenting dikepulauan Maluku. Kerajaan Ternate mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Baabullah.

Pada waktu itu wilayah kekuasaan Ternate semakin meluas hingga sampai ke Philipina Selatan. Untuk menjaga keamanan wilayahnya, ia memiliki 100 kapal kora-kora. Pada masa itu Sultan Baabullah mendapat gelar seabagai “Yang Dipertuan di 72 pulau”. Ia juga dikenal sebagai pahlawan yang sangat gigih menentang penjajahan Portugis. Dengan kegigiannya itu ia bersama rakyatnya berhasil mengusir Portugis dari Maluku pada tahun 1795.

Kerajaan Tidore

Seperti halnya Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore pun merupakan penghasil cengkeh yang besar. Berkat hasil cengkehnya itu kerajaan Tidore menjadi kerajaan yang berhasil berkembang dengan berbagai kemajuan. Raja yang paling masyhur di Kerajaan Tidore adalah Sultan Nuku. Pada masanya, kekuasan Tidore meluas ke Halmahera, Seram, Kai, dan Irian Jaya.

Pada mulanya kerajaan Ternate dengan Kerajaan Tidore hidup damai berdampingan. Namun sejak kedatangan Portugis , kedua kerajaan ini di adudomba dan mengalami bersitegang, kemudian setelah mengetahui bahwa Portugis ingin menguasai Maluku, akhirnya dua kerajaan ini kembali bersatu dan berhasil mengusir Bangsa Portugis dari Maluku.

Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu)

Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut kerajaan Makasar. Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya Pulau Sulawesi. Gowa-Tallo adalah kerajaan yang berpusat pemerintahan di Makasar (sekarang Ujung Padang), yaitu di Simbaopu (Makasar).

Selain itu terdapat pula kerajaan lain seperti Bone, Sopeng, Wajo dan Luwu. Kerajaan Makasar merupakan kerajaan yang pertama di Sulawesi. Sementara itu Bone, Waajo, dan Soppeng bersatu yang disebut Tellum Pottjo (Tiga Kerajaan).

Pada tahun 1605 penguasa Kerajaan Gowa-Tallo memeluk agama Islam. Raja Tallo yaitu Kraeng Matoaya sebagai Mangkubumi Kerajaan Gowa (Makasar), ia bergelar Sultan Abdullah. Sedangkan penguasa Gowa yaitu Daeng Manrabia sebagai raja Gowa bergelar Sultan Alaudin (1605-1639). Mereka berdua sangat bersemangat untuk terus menyebarkan agama Islam dan berusaha memperluas daerah kekuasaannya. Pada awalnya mereka mengajak Raja Bone, Sopeng dan Wajo untuk memeluk agama Islam. Karena ditolak maka ketiga kerajaan tersebut diajak mengadu kekuatan perang hingga akhirnya tunduk dan mau masuk Islam.

Sultan Alaudin, sangat menentang tindakan semena-mena dari kolonial Belanda secara terang-terangan. Ia meninggal pada tahun 1639, dan digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Said. Ia mengirimkan armada laut ke Maluku untuk melawan kolonial Belanda. Ia meninggal pada tahun 1653. Perlawanan Makasar terhadap Belanda memuncak pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669).

Hasanuddin merupakan Raja Makasar yang paling berani melawan Belanda, sehingga mendapat julukan  “Ayam Jantan dari Timur”. Ia sering melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal Belanda, sehingga VOC (Belanda) sering mengalami kerugian akibat serangan yang dilakukan oleh Hasanudiin ini.

Itulah Rangkuman pembahasan menganai Awal Mula Munculnya Kerajaan Islam Di Indonesia. Rangkuman ini diambil dari berbagai sumber yang banyak bertebaran di internet. Semoga mereka yang telah sukarela membagikan tulisannya didunia maya ini, senantiasa diberkahkan umur dan kehidupannya.Wallahu a'lam bish showab.
Asep Rois
Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.

Related Posts

15 komentar

  1. Nilai toleransi saling menghormati untuk hidup rukun damai berdampingan tanpa membedakan dari segi apapun agar tercapai hidup aman makmur sentosa

    BalasHapus
  2. Nilai pemimpin yang tidak gila harta akan membawa negri ke masa depan yang makmur
    Nilai saling hormat menghormati untuk hidup yang lebih damai



    Oleh parid saepudin

    BalasHapus
  3. Untuk mempelajrari kembali faktor apa saja yang menjadi penyebab kemajuan islam diindonesia supaya kita dapat menjadikan cermin dimasa sekarang

    Evi lisnawati

    BalasHapus
  4. Menurut saya manfaat islam masuk ke Nusantara;
    -Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan Islam dan kebudayaan Islam di Nusantara
    -Hidup damai dengan adanya saling menghargai atau mengingatkan

    Siti selvia

    BalasHapus
  5. Dengan cara tidak membeda bedakan dan mengarahkan pada posisi,sikap yang baik dan turut untuk di cerminkan kemasa yang akan datang

    Siti solehah

    BalasHapus
  6. Budaya yg harus menjadi identitas bangsa yg kita dapat ambil dari kerajaan kerajaan islam terdahulu adalah rasa kesatuan dan persatuan, serta toleransi,karena yg banyak terjadi kekacauan dan perpecahbelahan di seluruh dunia termasuk indonesia masalah atau penyebabnya ialah perbedaan pendapat tad sedikitnya rasa toleransi dan saling menghargai satu sama lain

    BalasHapus
  7. Untuk mempelajrari kembali faktor apa saja yang menjadi penyebab kemajuan islam diindonesia supaya kita dapat menjadikan cermin dimasa sekarang,Dengan cara tidak membeda bedakan dan mengarahkan pada posisi,sikap yang baik dan turut untuk di cerminkan kemasa yang akan datang

    BalasHapus
  8. Dengan tetap menjadikan rasulullah sebagai suri tauladan dan tetap mempertahankan budaya nusantara dengan tidak keluar dari aturan islam seperti boleh memakai adat sunda saat pernikahan tapi tetap dalam aturan islam atau tidak keluar dari ajaran islam yg sudah ditetapkan oleh syara


    Gina syamrotul fuadah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga istiqomah dalam pergaulan yang tidak melupakan nilai yang diajarkan oleh Rosulullah! aamiin

      Hapus
  9. dengan cara menjalin kesatuan dan persatuan dengan sesama manusia khusunya di negara kita indonesia, itu merupakan adat yg sudah dicontohkan oleh kerajaan islam terdahulu dan dampak budaya itu sangat luar biasa, karena kesalahfahaman sedikit terjadi serta perselisihan dapat terhindarkan.semoga indonesia dapat menerapkan budaya tersebut kembali amin

    *putri wan*

    BalasHapus
  10. dengan cara menjalin kesatuan dan persatuan dengan sesama manusia khusunya di negara kita indonesia, itu merupakan adat yg sudah dicontohkan oleh kerajaan islam terdahulu dan dampak budaya itu sangat luar biasa, karena kesalahfahaman sedikit terjadi serta perselisihan dapat terhindarkan.semoga indonesia dapat menerapkan budaya tersebut kembali amin

    *putri wan*

    BalasHapus
  11. 1. Dengan tetap menjadikan rasulullah sebagai suri tauladan sebab dari semua kerajaan islam yang pernah ada semua kebudayaan kerajaan tersebut tidak lepas dari ajaran rasulullah meski ada beberapa yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta sedikit dimodifikasi tetapi kebudayaan tersebut tetap tidak keluar dari ajaran islam .
    2.memiliki sikap toleransi yang tinggi dan tidak memaksakan kehendak
    3. Saling mengharhai dan menghormati
    4. Sikap perduli terhadap sesama
    5. Hotong royong atau kerja sama dalam hal kebaikan

    BalasHapus
  12. Menjalin kesatuan dan persatuan, tetap menjadikan rosululloh sebagai suri tauladan serta tetap mempertahankan budaya nusantara tetapi tidak keluar dari aturan islam. Toleran sehingga tidak membeda bedakan. Sikap baik yang turut di cerminkan dimasa sekarang.

    BalasHapus
  13. Ini lah beberapa budaya yang ada di indonesia:
    1.BATIK
    Pasti kalian sebagai warga Indonesia mengenal kain yang satu ini kan? Ya, batik tradisional khas Indonesia yang telah mendunia dengan berbagai motif. Batik dapat dihasilkan dengan cara membentuk bentuk corak dengan tinta lilin panas di kain menggunakan canting. Kain yang biasa digunakan pada umumnya, yakni kain katun atau kain sutra. Implementasi kain tersebut sudah di simulasi sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang sampai saat ini.
    2.WAYANG
    Sebelum Indonesia menjadi negara kesatuan seperti sekarang, pemeluk animisme masih berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Paling tidak sekitar 1500 SM (prasejarah), wayang sudah diperkenalkan dengan wujud gambar atau arca. Kemudain wayang mulai diakui dunia sebagai budaya Indonesia, ketika pada November 2013, oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
    Bermacam versi/bentuk wayang yang kita harus tahu adalah wayang kulit (bahan dasar kulit sapi dan dikeringkan, dipotong, dan diberi warna), wayang golek (bahan dasar kayu yang dibentuk), dan wayang orang, yang kita ketahui di zaman modern ini sebagai bentuk apresiasi dari kisah dewa dewi, percintaan, persilatan, dan kepahlawanan.
    Melalui pertunjukan wayang pula, musik gamelan berperan sebagai pemanis pada pertunjukan wayang. Karena, budaya Indonesia yang satu ini juga bisa mempertahankan tradisi leluhur milik bangsa, yang harus dijaga keutuhannya.
    3. REOG PONOROGO
    Budaya Indonesia yang pernah diklaim oleh negara lain tersebut adalah Reog Ponorogo. Berasal dari kata Reog dan Ponorogo, artinya sebuah pertunjukkan yang berasal dari daerah Jawa Timur bagian barat laut, atau berada di Kota Ponorogo. Seperti yang kamu akan lihat ketika berada di perbatasan kota Ponorogo, dimana gerbang atau gapura dihiasi oleh sosok warok dan gemblak (dua sosok utama pertunjukan reog).
    4. KERIS
    Hampir sama dengan budaya Indonesia yang memiliki unsur mistik dan kebatinan, keris juga merupakan senjata asli yang mengandung kekuatan supranatural. Keris ini pada awalnya digunakan sebagai senjata pusaka para raja Nusantara loh. Sejak abad ke-9, keris dibuat oleh para pengrajin yang disebut mpu. Kamu pasti hanya tahu kalau bilah pisau pada keris ini mengandung campuran logam, dan gagangnya dibuata dari tanduk, tulang, atau kayu.
    5. ANGKLUNG
    Alat musik yang bernada ganda ini dikenal sebagai alat musik khas Jawa Barat yang telah mendapat pengakuan resmi UNESCO, sebagai warisan budaya. Ya, Angklung secara tradisional berkembang menggunakan bahan dasar bambu, yang memainkannya dengan cara digetarkan, sehingga keduanya akan bersentuhan (pipa bambu/tiangnya) menghasilkan bunyi. Angklung sendiri memiliki 2 laras (titik nada), yaitu laras pelog dan slendro.
    Pada awal kisahnya, Angklung ini diciptakan untuk memikat sang Dewi Sri supaya turun ke Bumi, sehingga membuat tanaman padi tumbuh dengan subur. Seiring berjalannya waktu, Angklung di sinyalir membawa energi positif pada zaman peperangan di Tanah Air, dimana masyarakat menjadi lebih semangat ketika bertempur. Itu sebabnya, pemerintah Hindia Belanda pernah melarang penggunaan angklung di Indonesia.

    Oleh: SAHRUL RDP
    Kelas: 12 IPA 1

    BalasHapus

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter