Ketaatan, kesabaran serta ketulusan menghadapi segala hal yang ada di jalur kehidupannya. Dan yang paling penting kedewasaan pikir dengan landasan tauhid mendalam kepada keagungan Allah swt.
Itu adalah teladan terbaik bagi umat muslim yang hidup di zaman yang mendekati akhir ini. Dimana problematika kehidupan semakin rumit dalam dilema kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sementara nilai norma kehidupan yang diamanatkan oleh Rosulullah saw semakin tergerus oleh badai kelalaian.
Imam Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah yang keempat dari khulafaurrosyidin. Beliau memiliki banyak keistimewaan sekaligus keutamaan dalam setiap tindakan yang diambilnya.
Khawariz ini salah satu gambaran dari kelompok yang memaksakan kehendak dalam memenuhi syahwat kekuasaannya. Menggunakan dalil agama untuk menyudutkan kelompok yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Selain kelompok khawariz yang kecewa terhadap keputusan Ali bin Abi Thalib ada juga kelompok yang malah terlalu berlebih dalam mengagungkan keistimewaan dan keutamaan yang dimiliki olehnya.
Itu juga merupakan gambaran bahwa selalu ada kelompok yang pro dan kontra pada sesuatu perkara dengan berlebihan sehingga berani melanggar batas kewajaran. Akhirnya menempatkan mereka dalam kesesatan dan kekufuran seperti kelompok Abdullah bin saba dan pengikutnya.
Suwaid bin Ghafalah pernah datang untuk menemui Ali radlhiallaahu ’anhu pada masa kepemimpinannya.
Ketika bertemu dengan 'Ali ra, Suwaid berkata, “Aku melewati sekelompok orang menyebut-nyebut Abu Bakr dan Umar (dengan kejelekan). Mereka berpandangan bahwa engkau juga menyembunyikan perasaan seperti itu kepada mereka berdua. Di antara mereka adalah Abdullah bin Saba dan dialah orang pertama yang mengampanyekan hal tersebut’.
Ali menjawab, “Aku berlindung kepada Allah menyembunyikan sesuatu terhadap mereka berdua kecuali kebaikan”.
Kemudian beliau mengirim utusan kepada Abdullah bin Saba dan mengusirnya ke al-Madain. Ia juga berkata, “Jangan sampai engkau tinggal satu negeri bersamaku selamanya”.
Kemudian ia berdiri menuju mimbar dan orang-orang pun berkumpul… …Ali berkata, “Ketahuilah, jangan pernah sampai kepadaku dari seorang pun yang mengutamakan aku dari mereka berdua melainkan aku akan mencambuknya sebagai hukuman untuk orang yang berbuat dusta.”
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Sesungguhnya mengikuti hawa nafsu bisa menghalangi seseorang dari kebenaran dan panjangnya angan-angan dapat membuatnya lupa akhirat.”
Dari sini tergambarkan sikap yang muncul dari kelompok yang pro dan kontra pada sosok yang diistimewakan. Karena keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki 'Ali bin Abi Thalib ada kelompok-kelompok yang keliru memahami dan menyikapinya.
Hal seperti itupun, sekarang sering terjadi.
Rasulullah memberikan sebutan (kun-yah) kepada 'Ali dengan Abu Turab.
Ia adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Silsilah keturunan dari Ibunya yang bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Qushay bin Kilab.
Ali memiliki beberapa orang saudara laki-laki yang lebih tua darinya, mereka adalah: Thalib, Aqil, dan Ja’far. Serta dua orang saudara perempuan yakni Ummu Hani’ dan Jumanah.
Ayahnya (Abu Thalib) yang nama aslinya adalah Abdu Manaf merupakan paman kandung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat menyayangi Nabi, namun ia wafat dalam agama jahiliyah.
Untuk ukuran orang Arab, beliau termasuk pendek, tidak tinggi dan memiliki janggut yang lebat. Dada dan kedua pundaknya putih. Rambut di dada dan pundaknya cukup lebat, berwajah tampan, memiliki gigi yang rapi, dan ringan langkahnya (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 25)
Rosulullah Mengumumkan di hadapan banyak orang Bahwa Allah dan Rasul-Nya Mencintai Ali
Pada saat terjadi perang Khaibar, Rasulullah hendak menyerahkan bendera komando perang kepada seseorang. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’adi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ibrahim bin Saad bin Abi Waqqash meriwayatkan dari ayahnya, bahwa Rosulullah saw pernah bersabda kepada 'Ali;
Sabda Rasulullah saw ini disampaikan kepada Ali pada saat beliau tidak menyertakan Ali bin Abi Thalib dalam pasukan yang akan beraksi di Perang Tabuk. Rosulullah saw menginginkan agar 'Ali menjadi wakilnya di kota Madinah.
Keadaan itu membuat 'Ali merasa tidak nyaman bila hanya tinggal bersama wanita, anak-anak, dan orang tua yang udzur sementara yang lain ikut perang dihaibur.
Rasulullah saw menangkap apa yang sedang dirasakan 'Ali. Kemudian seperti diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash, Rosulullah mengungkapkan maksudnya;
Sekaligus hadis ini merupakan pembelaan Rasulullah terhadap Ali yang sempat dituduh oleh orang-orang munafik bahwa dia merasa berat untuk berangkat perang.
Hadis ini pula yang dipakai oleh orang-orang yang berlebihan dalam mengagungkan Ali bin Abi Thalib dan menjadikannya sebagai legitimasi bahwa Ali lebih mulia dari Abu Bakar dan Umar.
'Ali sempat melakukan tabayun terhadap Rosulullah saw, berkaitan dengan desas desus yang dilontarkan oleh orang-orang muniafit.
Sesampainya dihadapan Rosulullah Ia berkata;
Ini sebuah pelajaran berharga untuk kita yang hidup dimasa kini, sewajarnya kita menerima kenyataan, bahwa akan selalu ada orang yang tidak suka dengan sesuatu yang kita miliki dan kita dapatkan.
Namun, jangan lupa pula dibalik ketidak sukaan masih ada pula yang suka dan rela, dan mungkin sebenarnya orang yang suka dan rela kepada kita itu yang lebih banyak.
Bila ternyata kita mendapati adanya kekeliruan dari pandangan yang disampaikan oleh orang lain, sebaiknya melakukan klarifikasi (tabayun) seperti yang dilakukan Ali kepada Rosulullah saw dalam hadits diatas.
Itulah keutamaan dari seorang 'Ali bin Abi Thalib, yang patut menjadi teladan bagi kita, sebagai umat muslim yang hidup ditengah dilema kehidupan masa kini.
Bagaimanapun, mungkin apa yang terjadi dimasa 'Ali hidup, juga terjadi dimasa kini. Karena apapun yang terjadi dalam kehidupan ini adalah siklus dan berulang kali terjadi.
Sehingga, kita bisa mengambil pelajaran berharga mengenai cara menyikapi problematika hidup yang menghampiri kita seperti yang dilakukan oleh 'Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan,
Pernyataannya itu, sebagai penguatan bahwa kecintaan seorang mukmin akan berjalan menuju keshalehan seperti keshalehan yang dimiliki 'Ali bin Abi Thalib.
Namun, dengan cinta yang penuh kewajaran, tidak berlebihan sehingga melanggar batas dengan pengkultusan yang menyesatkan.
Mencintainya adalah dengan cara mengikuti sauri tauladan yang ditunjukannya, baik kesabaran, ketawakalan, ketaatan dan kedewasaan pikir dalam menyikapi segala problema kehidupan yang menghampirinya.
Serta berbagai hal dari kebaikan yang telah dicontohkannya, seperti sangat mencitai 3 Sahabat Rosulullah saw yakni Abu Bakar, Umar dan 'Utsman.
Wallahu a'lam bish showab.
Keutamaan Dan Kisah Hidup 'Ali Bin Abi Thalib
- Kelompok Yang Pro Dan Kontra Kepada 'Ali Karromallahu Wajhahu
- Silsilah Nasab 'Ali bin Abi Thalib
- Gambaran Fisik 'Ali bin Abi Thalib
- Termasuk Seseorang Yang Dijamin Surga
- Kedudukan Istimewa Di Sisi Rasulullah
- Ayah Dari Pemimpin Pemuda Surga
Kelompok Yang Pro Dan Kontra Kepada 'Ali Karromallahu Wajhahu
Keistimewaannya tidak diragukan lagi kecuali oleh orang-orang Khawarij (Ibnu Muljam dan komplotannya) yang lancang memerangi bahkan menumpahkan darahnya. Hanya karena masalah keputusan menyetujui arbitrase.Khawariz ini salah satu gambaran dari kelompok yang memaksakan kehendak dalam memenuhi syahwat kekuasaannya. Menggunakan dalil agama untuk menyudutkan kelompok yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Selain kelompok khawariz yang kecewa terhadap keputusan Ali bin Abi Thalib ada juga kelompok yang malah terlalu berlebih dalam mengagungkan keistimewaan dan keutamaan yang dimiliki olehnya.
Itu juga merupakan gambaran bahwa selalu ada kelompok yang pro dan kontra pada sesuatu perkara dengan berlebihan sehingga berani melanggar batas kewajaran. Akhirnya menempatkan mereka dalam kesesatan dan kekufuran seperti kelompok Abdullah bin saba dan pengikutnya.
Suwaid bin Ghafalah pernah datang untuk menemui Ali radlhiallaahu ’anhu pada masa kepemimpinannya.
Ketika bertemu dengan 'Ali ra, Suwaid berkata, “Aku melewati sekelompok orang menyebut-nyebut Abu Bakr dan Umar (dengan kejelekan). Mereka berpandangan bahwa engkau juga menyembunyikan perasaan seperti itu kepada mereka berdua. Di antara mereka adalah Abdullah bin Saba dan dialah orang pertama yang mengampanyekan hal tersebut’.
Ali menjawab, “Aku berlindung kepada Allah menyembunyikan sesuatu terhadap mereka berdua kecuali kebaikan”.
Kemudian beliau mengirim utusan kepada Abdullah bin Saba dan mengusirnya ke al-Madain. Ia juga berkata, “Jangan sampai engkau tinggal satu negeri bersamaku selamanya”.
Kemudian ia berdiri menuju mimbar dan orang-orang pun berkumpul… …Ali berkata, “Ketahuilah, jangan pernah sampai kepadaku dari seorang pun yang mengutamakan aku dari mereka berdua melainkan aku akan mencambuknya sebagai hukuman untuk orang yang berbuat dusta.”
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Sesungguhnya mengikuti hawa nafsu bisa menghalangi seseorang dari kebenaran dan panjangnya angan-angan dapat membuatnya lupa akhirat.”
Dari sini tergambarkan sikap yang muncul dari kelompok yang pro dan kontra pada sosok yang diistimewakan. Karena keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki 'Ali bin Abi Thalib ada kelompok-kelompok yang keliru memahami dan menyikapinya.
Hal seperti itupun, sekarang sering terjadi.
Silsilah Nasab 'Ali bin Abi Thalib
Bila diurutkan silsilahnya, maka; Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah.Rasulullah memberikan sebutan (kun-yah) kepada 'Ali dengan Abu Turab.
Ia adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Silsilah keturunan dari Ibunya yang bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Qushay bin Kilab.
Ali memiliki beberapa orang saudara laki-laki yang lebih tua darinya, mereka adalah: Thalib, Aqil, dan Ja’far. Serta dua orang saudara perempuan yakni Ummu Hani’ dan Jumanah.
Ayahnya (Abu Thalib) yang nama aslinya adalah Abdu Manaf merupakan paman kandung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat menyayangi Nabi, namun ia wafat dalam agama jahiliyah.
Gambaran Fisik 'Ali bin Abi Thalib
Dari sisi fisiknya, ulama terdahulu memberikan gambaran bahwa; Ali bin Abi Thalib adalah seorang laki-laki yang memiliki warna kulit sawo matang, bola mata beliau besar dan agak kemerah-merahan.Untuk ukuran orang Arab, beliau termasuk pendek, tidak tinggi dan memiliki janggut yang lebat. Dada dan kedua pundaknya putih. Rambut di dada dan pundaknya cukup lebat, berwajah tampan, memiliki gigi yang rapi, dan ringan langkahnya (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 25)
Keutamaan Ali bin Abi Thalib
Termasuk Seseorang Yang Dijamin Surga
Diantara sekian banyak Shahabat Rosulullah saw, ada yang dinyatakan langsung oleh Rosul mendapatkan jaminan surga. Salah satunya adalah 'Ali bin Abi Thalib“Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, az-Zubair di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Albani).Pernyataan Rosulullah saw semuanya adalah hak (benar sebenar-benarnya). Dia tidak berbicara melainkan berupa wahyu yang diwahyukan Allah swt.
Rosulullah Mengumumkan di hadapan banyak orang Bahwa Allah dan Rasul-Nya Mencintai Ali
Pada saat terjadi perang Khaibar, Rasulullah hendak menyerahkan bendera komando perang kepada seseorang. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’adi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Demi Allah, akan aku serahkan bendera ini esok hari kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dia dicintai Allah dan Rasul-Nya. Semoga Allah memberikan kemenangan melalui dirinya.”
Maka semalam suntuk orang-orang (para sahabat) membicarakan tentang siapakah di antara mereka yang akan diberikan bendera tersebut. Keesokan harinya, para sahabat mendatangi Rasulullah, lalu beliau bersabda,
“Dimanakah Ali bin Abi Thalib?” Dijawab, “Kedua matanya sedang sakit.” Rasulullah memerintahkan, “Panggil dan bawa dia kemari.”
Dibawalah Ali ke hadapan Rasulullah, lalu beliau meludahi kedua matanya yang sakit seraya berdoa untuknya. Seketika Ali sembuh total seolah-olah tidak tertimpa sakit sebelumnya.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan bendera kepadanya. Lalu Ali berkata, “Wahai Rasulullah, aku memerangi mereka sampai mereka menjadi seperti kita.” Rasululah bersabda, “Majulah dengan tenang, sampai engkau tiba di tempat mereka.
Kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah hak-hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui dirimu, sungguh lebih berharga bagimu daripada memiliki onta-onta merah.” (HR. Muslim no. 4205).
Kedudukan Istimewa Di Sisi Rasulullah
Kedudukan 'Ali bin Abi Thalib disisi Rosulullah saw, sangat istimewa. Rosulullah mengumpamakan keberadaan 'Ali disisinya seperti kedudukan Nabi Harun As disisi Nabi Musa As.Ibrahim bin Saad bin Abi Waqqash meriwayatkan dari ayahnya, bahwa Rosulullah saw pernah bersabda kepada 'Ali;
“Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa.” (Muttafaq ‘alaihi).
Sabda Rasulullah saw ini disampaikan kepada Ali pada saat beliau tidak menyertakan Ali bin Abi Thalib dalam pasukan yang akan beraksi di Perang Tabuk. Rosulullah saw menginginkan agar 'Ali menjadi wakilnya di kota Madinah.
Keadaan itu membuat 'Ali merasa tidak nyaman bila hanya tinggal bersama wanita, anak-anak, dan orang tua yang udzur sementara yang lain ikut perang dihaibur.
Rasulullah saw menangkap apa yang sedang dirasakan 'Ali. Kemudian seperti diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash, Rosulullah mengungkapkan maksudnya;
عن سعد بن أبي وقاص قال خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم علي بن أبي طالب في غزوة تبوك فقال يا رسول الله تخلفني في النساء والصبيان فقال أما ترضى ان تكون مني بمنزلة هارون من موسى غير انه لا نبي بعدي
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi tugas Ali bin Abi Thalib saat perang Tabuk (untuk menjaga para wanita dan anak-anak di rumah). Ali pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, engkau hanya menugasiku untuk menjaga anak-anak dan wanita di rumah ?’ Maka beliau menjawab, ‘Tidakkah engkau rela mendapatkan kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku ?” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 4416 dan Muslim no. 2404).
Sekaligus hadis ini merupakan pembelaan Rasulullah terhadap Ali yang sempat dituduh oleh orang-orang munafik bahwa dia merasa berat untuk berangkat perang.
Hadis ini pula yang dipakai oleh orang-orang yang berlebihan dalam mengagungkan Ali bin Abi Thalib dan menjadikannya sebagai legitimasi bahwa Ali lebih mulia dari Abu Bakar dan Umar.
'Ali sempat melakukan tabayun terhadap Rosulullah saw, berkaitan dengan desas desus yang dilontarkan oleh orang-orang muniafit.
Sesampainya dihadapan Rosulullah Ia berkata;
“Wahai Rasulullah, orang-orang munafik mengatakan bahwa engkau menugaskan aku karena engkau memandang aku berat untuk berangkat jihad dan kemudian memberikan keringanan”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka telah berdusta! Kembalilah, aku menugaskanmu untuk mengurus keluargaku dan keluargamu. ‘Tidakkah engkau rela mendapatkan kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku?”. Maka Ali pun akhirnya kembali ke Madinah (Taariikhul-Islaam, 1: 232).
Ini sebuah pelajaran berharga untuk kita yang hidup dimasa kini, sewajarnya kita menerima kenyataan, bahwa akan selalu ada orang yang tidak suka dengan sesuatu yang kita miliki dan kita dapatkan.
Namun, jangan lupa pula dibalik ketidak sukaan masih ada pula yang suka dan rela, dan mungkin sebenarnya orang yang suka dan rela kepada kita itu yang lebih banyak.
Bila ternyata kita mendapati adanya kekeliruan dari pandangan yang disampaikan oleh orang lain, sebaiknya melakukan klarifikasi (tabayun) seperti yang dilakukan Ali kepada Rosulullah saw dalam hadits diatas.
Ayah Dari Pemimpin Pemuda Surga
Rasulullah saw pernah bersabda,الحَسَنُ وَالحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الجَنَّةِ
“al-Hasan dan al-Husain adalah pemimpin pemuda ahli Surga.” (HR. at-Tirmidzi, no. 3781)Sementara Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu merupakan ayah dari dua orang cucu kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan dalam hadits diatas, yakni; Hasan dan Husein.
Itulah keutamaan dari seorang 'Ali bin Abi Thalib, yang patut menjadi teladan bagi kita, sebagai umat muslim yang hidup ditengah dilema kehidupan masa kini.
Bagaimanapun, mungkin apa yang terjadi dimasa 'Ali hidup, juga terjadi dimasa kini. Karena apapun yang terjadi dalam kehidupan ini adalah siklus dan berulang kali terjadi.
Sehingga, kita bisa mengambil pelajaran berharga mengenai cara menyikapi problematika hidup yang menghampiri kita seperti yang dilakukan oleh 'Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan,
وَالَّذِى فَلَقَ الْحَبَّةَ وَبَرَأَ النَّسَمَةَ إِنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ -صلى الله عليه وسلم- إِلَىَّ أَنْ لاَ يُحِبَّنِى إِلاَّ مُؤْمِنٌ وَلاَ يُبْغِضَنِى إِلاَّ مُنَافِقٌ
“Demi Dzat yang membelah biji-bijian dan melepaskan angin. Sesungguhnya Nabi telah berjanji kepadaku bahwa tidak ada yang mencintaiku kecuali ia seorang mukmin, dan tidak ada yang membenciku kecuali ia seorang munafik.” (HR. Muslim, no. 249)
Pernyataannya itu, sebagai penguatan bahwa kecintaan seorang mukmin akan berjalan menuju keshalehan seperti keshalehan yang dimiliki 'Ali bin Abi Thalib.
Namun, dengan cinta yang penuh kewajaran, tidak berlebihan sehingga melanggar batas dengan pengkultusan yang menyesatkan.
Mencintainya adalah dengan cara mengikuti sauri tauladan yang ditunjukannya, baik kesabaran, ketawakalan, ketaatan dan kedewasaan pikir dalam menyikapi segala problema kehidupan yang menghampirinya.
Serta berbagai hal dari kebaikan yang telah dicontohkannya, seperti sangat mencitai 3 Sahabat Rosulullah saw yakni Abu Bakar, Umar dan 'Utsman.
Wallahu a'lam bish showab.
Posting Komentar
Posting Komentar