-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Mengenal 9 Ulama Besar Di Kota Madinah

Posting Komentar

Salam Ukhuwah untuk sahabat muslim dimanapun berada, Bertemu lagi dengan mimin disini, Pada artikel ini, mimin akan membawakan penjelasan mengenai Ulama Madinah, Mengenal 9 Ulama Besar Di Kota Madinah, ok mari kita simak selengkapnya ya...

Sebelum lanjut membaca mimin ingatkan bahwa sekecil apapun pengetahuan pasti akan memberikan dampak manfaat bagi pemilikinya. Oleh karena itulah mimin berharap pembaca benar-benar menyiapkan waktu dan kekhusukan dalam mebaca artikel ini, tentu saja agar selepas membaca akan tumbuh pengetahuan yang insyaAllah akan memberikan dampak manfaat yang besar.


Mengenal 9 Ulama Besar Di Kota Madinah



Bagi Anda yang suka membaca buku-buku biografi dengan sejarah Kota Madinah, tentu tak asing dengan istilah fuqoha sab’ah(الفقهاء السبعة). Suatu istilah yang ditujukan kepada tujuh anak Adam tabi’in (murid para sahabat) yang merupakan ulama besar di Madinah zaman itu. Zaman tabi’in adalah zaman berjibun ulamanya, akan tetapi tujuh anak Adam yang hidup di masa bersamaan ini begitu menonjol dengan menjadi rujukan utama. Dari mengatur tersebar bidang dengan fatwa di dunia Islam (Haji Khalifah: Salmu al-Wushul ila Tabaqat al-Fuhul, 5/189).

Tujuh ulama (fuqoha sab’ah) itu adalah Said bin al-Musayyib, Urwah bin az-Zubair bin Awwam, al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq, Ubaidullah bin Abdullah, Kharijah bin Zaid bin Tsabit, dengan Sulaiman bin Yasar. Untuk nama ketujuh diperselisihkan siapa orangnya; Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf atau Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab atau Abu Bakar bin Abdurrahman bin al-Harits. Jadi semuanya menjadi sembilan nama yang muncul dan oleh karenanya dalam postingan ini sengaja diberi judul "mengenal 9 Ulama besar di kota madinah"

1. Said bin al-Musayyib

Said bin al-Musayyib bin Hazn bin Abi Wahb al-Makhzumi al-Qurasyi. Kun-yahnya adalah Abu Muhammad. Ia adalah tokoh utama tabi’in. Kedudukannya di tengah-tengah para tabi’in bagaikan kedudukan Abu Bakar di antara para sahabat. Said dilahirkan di masa pemerintahan Umar bin al-Khattab. Ibunya adalah Ummu Said binti Hakim.

Dari sisi keilmuan, tentu Said sangat luar biasa. Ia adalah pakar dalam bidang hadits dengan fikih. Sosoknya adalah pribadi yang zuhud dengan wara’. Walaupun sibuk dengan bidang dengan dakwah, ia juga tetap bekerja buat kehidupan dunianya. Tabi’in yang mulia ini adalah seorang pedagang minyak zaitun. Dan ia tak menerima pemberian.

Said bin al-Musayyib wafat di Kota Madinah pada tahun 94 H. Ada juga yang menyatakan beliau wafat pada tahun 89 H. Pendapat lainnya menyebutkan 91 H. Atau 92 H, 93 h, atau 105 H (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 5/89-109).

2. Urwah bin az-Zubair

Urwah bin az-Zubair adalah putra dari ikhwan yang mulia az-Zubair bin al-Awwam. Satu dari sepuluh anak Adam yang dijamin masuk surga oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. saudaranya adalah seorang sahabat. Yaitu Abdullah bin az-Zubair radhiallahu ‘anhu. Dengan demikian, Urwah adalah seorang Quraisy yang nasabnya Urwah bin az-Zubair bin al-Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab. Kun-yahnya Abu Abdullah.

Ibu Urwah adalah Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia dilahirkan pada tahun 29 H. Pendapat lain menyatakan 23 H.

Ulama yang mulia ini sama sekali tak sempat turut aduk dalam fitnah perpecahan. Dan perjalanan hidupnya tak hanya dihabiskan di Kota Madinah. Ia sempat tinggal di Bashrah. Kemudian menuju Mesir dengan menikah di sana. Lalu tinggal di negeri Nabi Musa itu selama tujuh tahun. Setelah itu baru ia kembali ke Madinah dengan wafat di metropolis nabi itu pada tahun 94 H. Ada yang mengatakan 92, 93, atau 95 H (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 5/136-139).

3. al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq.

Dari silsilah namanya tentu kita mengetahui, ulama dengan nasab Quraisy ini adalah cucu dari khalifah pertama Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu. Kun-yahnya adalah Abu Muhammad atau Abu Abdurrahman. Ibunya adalah seorang budak perempuan yang bernama Saudah.

Al-Qasim dilahirkan di Kota Madinah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Tentu al-Qasim adalah seorang yang shalih dengan terpecaya riwayat haditsnya. Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkomentar tentangnya, “Kalau seandainya aku memiliki hak mengangkat pemimpin, maka akan aku angkat al-Qasim bin Muhammad menjadi seorang khalifah.”

Di masa tuanya, al-Qasim mengalami kebutaan. Dan ia wafat di Madinah pada tahun 106 H. Pendapat lain menyatakan 107 H, 108 H, atau 112 H (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 5/142-148).

4. Ubaidullah bin Abdullah

Nasab Ubaidullah adalah Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud al-Hudzali al-Madani adh-Dharari. Kun-yahnya Abu Abdullah. Ia merupakan seorang mufti Madinah dengan termasuk tabi’in yang paling berilmu. Ia seorang imam yang kuat hafalan dengan argumentasinya. Seorang mujtahid. Yang terpercaya haditsnya, berjibun riwayatnya, dengan pandai bersyair. Ia adalah salah seorang pendidik Umar bin Abdul Aziz.

Ubaidullah wafat pada tahun 102 H. Atau 97 H, 98 H, atau 99 H (Ibnu Hibban dalam ats-Tsiqat, 5/63).

5. Kharijah bin Zaid bin Tsabit

Nama dengan nasabnya adalah Kharijah bin Zaid bin Tsabit al-Anshari an-Najjari. Adapun kunyahnya Abu Zaid. Ibunya adalah Ummu Saad binti Saad bin Rabi’. Ia adalah seorang tabi’in mulia. Seorang ahli bidang dengan ahli ibadah. Di masa hidupnya, ia sempat menjumpai masa Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.

Kharijah wafat pada tahun 90 H atau 100 H. detik itu usianya hanya 40 tahun saja (Ibnu Hibban dalam Masyahir Ulama al-Amshar, Hal: 106).

6. Sulaiman bin Yasar

Sulaiman bin Yasar atau yang juga dikenal dengan kun-yah Abu Abdurrahman adalah bekas budak dari istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ummul Mukminin Maimunah binti al-Harits radhiallahu ‘anha. Ia merupakan saudara dari Atha’ bin Yasar.

Sulaiman dilahirkan pada tahun 34 H, pada masa pemerintahan Amirul Mukminin Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Ia merupakan seorang ahli bidang lagi terpercaya. Hadits-haditnya pun banyak. Ia meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, dengan Ummu Salamah radhiallahu ‘anhum.
Ulama besar tabi’in ini wafat pada tahun 104 H. Dan beberapa riwayat lain menyebutkan: 107 H, 109 H, dengan 110 H. Sementara usianya adalah 73 tahun. Ada pula yang menyatakan 76 tahun (al-Bukhari dalam at-Tarikh al-Kabir 4/41).

Sementara buat nama ketujuh ada beberapa pendapat. Mereka adalah Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf, Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab, Abu Bakar bin Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam.

7. Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf

Beliau adalah Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abd bin al-Harits bin Zuhrah bin Kilab (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 5/118). Kita tahu Abu Salamah adalah kun-yahnya. Dan ia lebih dikenal dengan kun-yah dibanding namanya. Terdapat perbedaan pendapat.

Ada yang mengatakan namanya adalah Abdullah. Versi lainnya, namanya adalah Islamil. Dan ada pula yang mengatakan namanya memang Abu Salamah (adz-Dzahabi dalam Tarikh al-Islam, 2/1199).

Ibunya adalah Tumadhur (تماضر) binti al-Ashbagh al-Kulabiyah Qurasyi (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 5/118). Ia dilahirkan pada tahun 20-an H. Dari tahun lahirnya, kita melihat bahwa Abu Bakar merupakan seorang generasi awal tabi’in (adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala, 4/287-288).

Abu Bakar bin Abdurrahman bin Auf adalah seorang ulama yang terpercaya. Seorang fakih. Dan berjibun riwayat haditsnya. Ia termasuk seorang Quraisy yang paling utama dengan ahli ibadah di tengah suku elit tersebut. Ia adalah imam dengan panutan di Kota Madinah. Kedudukan tinggi yang ia capai tentu tidaklah mengherankan kalau kita melihat guru dekatnya. Ia adalah sepupu nabi, Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu. Karena ketinggian ilmunya, ia pun sempat menjabat hakim Kota Madinah di masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan.

Tabi’in yang mulia ini wafat pada tahun 94 H di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Saat itu usianya tengah menginjak 72 tahun.

8. Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab

Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab al-‘Adawi al-Qurasyi. Kun-yahnya adalah Abu Amr. Atau Abu Abdullah. Ibunya merupakan seorang budak. Salim adalah seorang ulama yang dikenal wara’, terpercaya, dengan berjibun haditsnya. Ia meriwayatkan hadits dari ayahnya sendiri, Abdullah bin Umar. Juga Abu Hurairah, Abu Ayyub al-Anshari, dll. radhiallahu ‘anhum. Salim wafat di Kota Madinah, tahun 106 H (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 5/149-155).

9. Abu Bakar bin Abdurrahman bin al-Harits

Abu Bakar bin Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam bin al-Mughirah al-Makhzumi al-Qurasyi. Ada yang berpendapat bahwa Abu Bakar hanyalah kun-yahnya saja. Adapun namanya adalah Muhammad. Namun pendapat yang lebih tepat adalah nama dengan kun-yahnya sama. Yaitu Abu Bakar.

Abu Bakar dilahirkan di masa pemerintahan Umar bin al-Khattab. Ia seorang ulama yang fakih dengan terpercaya. Ia juga meriwayatkan berjibun hadits. Ia dijuluki sebagai ahli ibadahnya Quraisy karena begitu berjibun ia mengerjakan shalat. Ia wafat di Madinah pada tahun 94 H (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 5/159-161).

Demikian artikel perihal Mengenal 9 Ulama Besar Di Kota Madinah semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua. Bila ada kata yang salah, mohon di koreksi lewat komentar dibawah ini. salam

Artikel ini sudah tayang di alamat link : https://kisahmuslim.com/6307-7-ulama-besar-kota-madinah.html

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter