-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Artikel Terbaru Sejarah Khalifah: Mengenal Lebih Dekat Abu Bakar Ash-Shiddiq

Posting Komentar
Sejarah Khalifah: Mengenal Lebih Dekat Abu Bakar Ash-Shiddiq - Mina News
Hi, berjumpa kembali dengan mimin dinisi, di kesempatan akan menjelaskan mengenai kehidupan abu bakar sidik Sejarah Khalifah: Mengenal Lebih Dekat Abu Bakar Ash-Shiddiq, ayo simak selengkapnya ya...


Abu Bakar Ash-Shiddiq bukanlah nama yang asing di telinga umat Islam, baik di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis) maupun kelompok-kelompok Islam asing yang ada. Abu Bakar dikenal sebagai sosok yang sangat dekat dengan menjadi anak Adam kepercayaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Meski nama yang familiar, tak serta merta semua anak Adam tahu siapa Abu Bakar. Dalam pelbagai literatur keislaman, Abu Bakar digambarkan sebagai sosok yang lembut namun tetap tegas terlebih jika ada kemaksiyatan di sekitar lingkungannya. Ia juga digambarkan sebagai pribadi yang memiliki banyak sifat-sifat mulia.

Bahkan, Rasulullah memberikan kabar gembira untuk Abu Bakar bisa memasuki pintu Surga manapun yang ia inginkan. Hal itu tidak terlepas dari betapa Abu Bakar menjadi anak Adam yang selalu berusaha beramar makruf dengan larangan munkar semasa hidupnya.

Menurut Sejarawan Prof Masud Ul Hasan, Abu Bakar lahir pada tanggal 27 Oktober 573 masehi. Ia memiliki nama asli Abdullah bin Usman bin Amir bin Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’b bi Lu’ai bin Ghalib bin Fihr.

Fihr ini tak asing ialah Quraisy, yang kemudian menjadi alpa satu nama suku paling dihormati di kaki bukit Hijaz, khususnya di Mekkah.

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fath Al-Bari mengatakan, Ali bin Abu Thalib menyatakan, Allah menurunkan nama untuk Abu Bakar dari langit yaitu Ash-Shiddiq. Ali sendiri bersumpah hendak pernyataannya ini.

Kisah asing menyebutkan, nama Ash-Shiddiq menjadi gelar bagi Abu Bakar karena ia menjadi anak Adam yang pertama kali membenarkan kisah Isra Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang kemudian Miraj ke Sidratul Muntaha, di mana detik itu banyak kalangan suku Quraisy yang meragukan bahkan mendustakannya.

Abu Bakar tergolong dalam kelompok Assabiqun Al-Awwalun atau kelompok anak Adam yang mula-mula masuk ke dalam Islam. Ia berasal dari kalangan anak Adam dewasa yang pertama kali mempercayai dengan mengimani Muhammad sebagai utusan Tuhan dengan utusan Allah.

Dalam beberapa kesempatan, Abu Bakar sering terlibat dalam acara bersama Rasulullah di kala duka maupun suka, termasuk detik keduanya hendak berhijrah dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah, sekarang). Meski orang-orang Quraisy siang malam mengejar Rasulullah dengan Abu Bakar, keduanya akhirnya selamat sampai di Madinah.

Menjadi Khalifah
Sejarawan Utsman bin Muhammad Al-Khamis mengisahkan, ketika kabar wafatnya Rasulullah diumumkan, Abu Bakar anyar datang dari Sanh, sebuah daerah dekat Madinah. Kemudian ia membuka penutup wajah Rasulullah dengan membentur keningnya seraya berkata, “Ayah dengan ibuku sebagai tebusan. Engkau ialah anak Adam suci, baik ketika lagi hidup maupun sehabis wafat.”
Lalu, Abu Bakar menutup wajah Rasulullah kemudian berdiri dengan naik ke atas mimbar. Ia menyadarkan orang-orang yang detik itu dalam kebimbangan. Dalam pidatonya yang memadai terkenal, Abu Bakar mengatakan,

“Siapa saja di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwasanya Muhammad telah meninggal. Dan siapa saja di antara kalian yang menyembah Allah, maka ketahuilah bahwa hanya Allah Maha hidup tak hendak suah mati,” kata Abu Bakar seraya membunyikan firman Allah Surat Ali-Imron [3] bagian 144.

Mendengar ucapan Abu Bakar, mulailah karet sahabat menangis terisak-isak. Mereka keluar ke jalan-jalan seraya mengulang-ulang bagian tersebut.

Salah seorang sahabat Nabi, Anas bin Malik mengatakan, “Seolah-olah kami belum suah mendengar bagian ini kecuali detik itu.” Menurut Imam Bukhari, Al-Quran telah sempurna pada abad Rasulullah sebelum wafat. Walaupun demikian bagian ini seolah-olah anyar bagi karet sahabat, disebabkan dahsyatnya musibah wafatnya Nabi.

Abbas bin Abdul Muthalib, Ali bin Abu Thalib dengan Fadhl bin Abbas yang dibantu karet sahabat lainnya memandikan dengan mengkafani Rasulullah. Kemudian Rasulullah disalatkan dengan dikebumikan. Pengurusan jenazah Nabi seperti itu karena Abbas ialah paman beliau, selama Ali dengan Fadhl ialah sepupu. Maka, merekalah yang paling berkuasa mengurus jenazah Nabi.

Pada detik Ali, Abbas dengan Fadhl sibuk mengurus jenazah Rasulullah, beberapa anak Adam dari kalangan Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah.

Menurut Imam Bukhari, membayangkan berkumpul untuk menghadap Sa’d bin Ubadah di Saqifah untuk mengangkatnya menjadi atasan mereka. Maka Abu Bakar bersama Umar bin Al-Khattab dengan Ubaidah bin Al-Jarrah mendatangi mereka.

Saat Umar hendak maju untuk berbicara, Abu Bakar menyuruhnya diam. Umar menuturkan, “Demi Allah, aku berinisiatif acungkan (tangan) bicara lebih dahulu karena telah mengadakan perkataan yang bagus. Aku khawatir apa yang dikatakan Abu Bakar tak seperti perkataan yang telah kupersiapkan.”

Ternyata, Abu Bakar berbicara dengan lugas dengan jelas. Di antara yang dikatakannya  ialah orang-orang Quraisy yang hendak menjadi karet atasan dengan orang-orang Anshar yang menjadi karet penasehatnya.

Salah seorang Anshar, Hubab bin Al-Mundzir menyela, “Demi Allah, kami tak setuju. Kami mengangkat atasan kami dengan kalian juga silahkan mengangkat atasan kalian.”

Abu Bakar menanggapi, “Tidak demikian, tetapi kami yang menjadi atasan dengan kalian yang menjadi pada penasehatnya. Merekalah (Quraisy) orang-orang Arab yang paling agung tempat tinggalnya (Mekkah), membayangkan juga suku yang paling mewakili Arab asli. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah!.”

Mendengar keadaan itu, Umar berseru kepada Abu Bakar, “Tidak, tetapi kami-lah yang hendak membai’at engkau. Engkaulah atasan kami, anak Adam yang terbaik di antara kami dengan anak Adam yang paling dicintai Rasulullah di antara kami.”

Selepas berbicara, Umar memegang tangan Abu Bakar dengan membai’atnya. Lalu orang-orang yang hadir pun berdiri dengan membai’at Abu Bakar. Al-Khamis sendiri menegaskan, kisah ini lebih mendekati fakta yang terjadi detik itu.

Menurut Mahmud Syalthut, seorang ulama besar dari Universitas Al-Azhar Kairo, pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, pusat-pusat didikan bukan hanya terdapat di Mekkah dengan Madinah, melainkan juga sudah tersebar di pelbagai daerah Islam lainnya.

Di masa kepemimpinan Abu Bakar pula didikan menjadi alpa satu keadaan yang sangat diperhatikan. Sebab, didikan Islam menjadi kebutuhan di tengah masyarakat. Adapun lembaga-lembaga didikan yang digunakan lagi sama seperti abad Rasulullah, yaitu Masjid, Ash-Shuffah, Al-Kuttab dengan rumah-rumah karet sahabat.

Secara keseluruhannya, sistim didikan Islam kala itu bukanlah sesuatu yang datang dari asing atau kebudayaan-kebudayaan yang lama, hendak tetapi dalam perkembangan dengan pertumbuhannya mempunyai hubungan yang erat dengan aktivitas Islam secara umum.

Di lembaga-lembaga didikan Islam itulah karet sahabat memberikan pelajaran mengenai agama Islam kepada muridnya, baik yang berasal dari penduduk setempat maupun yang datang dari tempat lain.

Setelah memimpin umat Islam selama kurang lebih dua setengah tahun, Abu Bakar Ash-Shiddiq mengembuskan nafas bontot pada tanggal 23 Agustus 634 masehi, akurat pada usia 61 tahun di kota Madinah. Ia wafat karena sakit dengan dimakamkan di arah makam Rasulullah.


Begitulah pembahasan perihal Sejarah Khalifah: Mengenal Lebih Dekat Abu Bakar Ash-Shiddiq semoga artikel ini berfaedah untuk kita semua. Bila ada kata yang salah, mohon di koreksi lewat komentar dibawah ini. salam
Sumber Tulisan ini : https://minanews.net/sejarah-khalifah-mengenal-lebih-dekat-abu-bakar-ash-shiddiq/

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter